Bisnis ritel mulai menunjukkan adanya pemulihan seiring dengan mobilitas masyarakat yang kembali normal.
Pelaku usaha ritel optimistis bisnis ini kedepan akan terus tumbuh.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey menyatakan, usaha ritel di Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga 3 persen tahun ini.
Menurut Roy, hal tersebut melihat ekonomi domestik yang terus mengalami perbaikan.
“Sampai akhir tahun ketika pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 diharapkan pemerintah 5,5 – 6 persen, maka pertumbuhan ritel berada di angka 2,5 – 3 persen tahun ini lebih baik dari tahun lalu,” kata Roy kepada tribunjateng.com di Semarang, Senin (22/8/2021).
Seperti diketahui, ekonomi domestik pada kuartal II 2022 menyentuh angka 5,44 persen yoy, lebih tinggi dari capaian kuartal I 2022 yang sebesar 5,01 persen yoy.
Roy menyebutkan, bukan tidak mungkin bisnis ritel juga bakal menyusul pertumbuhannya.
“Tahun lalu pertumbuhan industri ritel 1,5-2 persen persen. Belum disebut recovery, tapi menuju recovery karena pertumbuhan sektor ritel sebelum pandemi sampai 8 persen.
Dari sini kita lihat pandemi mulai turun, orang mulai mobile. Masyarakat lebih optimis belanja keluar rumah dan ketika belanja keluar rumah ada peningkatan, nilai transaksi market size-nya lebih besar,” terangnya.
Di sisi lain ia pun tidak memungkiri inflasi juga tercatat cukup tinggi.
Namun pihaknya optimistis dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisnis ritel akan tetap tumbuh signifikan seiring dengan upaya pemerintah untuk menekan inflasi.
“Ketika pertumbuhan ekonomi kita melebihi inflasi maka itu dapat dipastikan bahwa transaksi konsumsi masyarakat atau konsumen meningkat. Ditambah peran pemerintah. Yang menengah keatas tidak masalah, tapi yang menengah kebawah harus tetap dibantu untuk mendukung masyarakat konstan dalam konsumsi,” ujarnya.
Sementara itu dia menyebutkan, dalam pertumbuhan ekonomi sendiri kontributor terbesarnya adalah konsumsi rumah tangga yang mencapai hampir 56 persen.
Tentunya, kata dia, bisnis retail memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi tersebut.
“Jadi dengan naiknya kuartal I ke kuartal II, berarti konsumsi meningkat. Konsumsi meningkat terutama di lebaran kemarin, peningkatan secara year on year rata-rata mencapai 30-35 persen. Kemudian untuk bisnis ritel yang tumbuh paling cepat yang pasti kebutuhan pokok. Jadi sektor pangan akan lebih cepat sedikit daripada sektor non pangan, karena pangan kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda. Dari bisnis ritel, ritel pangan porsinya sekitar di atas 65 persen,” tambahnya