Jakarta – Dunia tengah memasuki sebuah masa yang sangat genting di industri ritel karena kaburnya batasan antara dunia fisik dan digital, ditambah dengan tersedianya konektivitas mobile di segala tempat, telah mempercepat adopsi Internet Things (IoT) di sektor ritel. Para pebisnis ritel yang lambat berevolusi akan kehilangan pembeli.
Dalam perjalanan industri ritel menuju dunia omnichannel, IoT berjanji untuk menghadirkan keuntungan dalam produktivitas, efisiensi, visibilitas inventaris dan kepuasan pelanggan, yang merupakan sebagian kecil dari seluruh keuntungan yang ditawarkan.
Menurut penelitian Retail Vision Study terbaru dari Zebra Technologies, tiga faktor utama yang secara negatif mempengaruhi kepuasan pembeli adalah produk yang habis stoknya, harga yang lebih rendah di tempat lain, serta barang yang diinginkan tidak tersedia di toko.
Namun, kabar baiknya adalah kini telah hadir solusi-solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Para pebisnis ritel semakin mencari perangkat-perangkat cerdas yang dilengkapi dengan sensor-sensor untuk menghidupkan kembali bisnis mereka. Manfaat adopsi IoT dapat diraih di sisi backend toko, yaitu rantai pasokan, dan di dalam toko.
Saat ini, banyak pebisnis ritel mengalami tantangan visibilitas inventaris di dalam toko. Situasi ini menjadi semakin buruk saat mereka membuka lebih banyak toko-toko fisik, memperluas cakupan pasar ke luar negeri, dan mendiversifikasi bisnisnya dengan platform-platform online. Kebutuhan akan visibilitas rantai pasokan secara real-time pun menjadi semakin mendesak.
Secara global, kerugian sebesar US$ 1,1 triliun terjadi karena distorsi inventaris, termasuk kelebihan stok, kehabisan stok dan penyusutan stok. McKinsey & Company memperkirakan bahwa mengurangi terjadinya kasus kehabisan dan kelebihan stok dapat menghasilkan penghematan biaya inventaris sebesar 10%.
“Kemajuan teknologi di area-area seperti visi mesin, RFID, dan analitik data memungkinkan visibilitas bisnis yang lebih canggih dengan membuat inventaris ritel terlihat dari jarak jauh oleh staf dan pelanggan, dan memungkinkan pelacakan perjalanan suatu produk. Hal ini memastikan keakuratan data yang dimasukkan kembali ke dalam sistem. Saat ini, dari seluruh inventaris yang dilaporkan melalui software manajemen inventaris milik para pebisnis ritel, hanya 65% yang akurat,” kata George Pepes, Retail Solutions Lead, Zebra Technologies Asia Pacific dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (15/8).
Sebaliknya, platform-platform RFID dapat meningkatkan akurasi hingga 95%. RFID item-level terbukti mengurangi kehabisan stok hingga 80%. Sejalan dengan ini, survei kami menunjukkan bahwa 70% pelaku bisnis ritel berencana untuk menyediakan atau saat ini tengah menyediakan RFID item-level, guna menjadikan rantai pasokan mereka lebih visibel.
Selain itu, para pengecer juga dapat menghemat biaya-biaya lain terkait inventaris. Misalnya, para peritel fashion telah melaporkan pengurangan tenaga kerja sebesar 75% dengan beralih dari penghitungan barang manual ke penghitungan barang otomatis dengan menggunakan RFID.
Teknologi RFID juga memungkinkan toko-toko untuk mengalokasikan jam kerja secara lebih efisien bagi para pegawai toko dan memberikan tugas-tugas yang lebih berarti kepada mereka.
Para pelaku industri ritel dapat membawa visibilitas inventaris mereka ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengotomatisasi rantai pasokan. Berdasarkan penelitian kami, di tahun 2021, 87% pebisnis ritel akan menerima alert (pesan pengingat) aktif jika terjadi kehabisan stok; 78% dari mereka akan memiliki alat pendeteksi lokasi produk; dan 76% akan memiliki pemantauan video untuk inventaris mereka.
Tren dalam ritel omnichannel adalah menjadikannya phygital, yaitu toko-toko fisik berubah digital. Kini, terlepas dari model bisnis e-commerce yang tengah menjamur, gedung-gedung pertokoan tetap menghasilkan 91% dari semua penjualan ritel lintas platform. Ini merupakan suatu indikator bahwa dunia ritel fisik harus tetap dijaga.
Guna menjadikan pengalaman berbelanja di toko lebih intuitif dan lancar, para pelaku ritel melengkapi teknologi di toko-toko fisik mereka, mengubah keseluruhan ruang toko menjadi toko pintar yang secara otomatis merasakan dan mencatat lokasi dan pergerakan segala sesuatu secara virtual untuk barang dagangan, pegawai, pembeli dan aset lalu menerjemahkan data tersebut menjadi data intelijen yang dapat ditindaklanjuti dan mudah dibaca, yang memberikan keunggulan kompetitif yang nyata.
Industri ritel phygital menggabungkan dua hal terbaik, yaitu kepuasan dapat meraba barang secara langsung di ritel fisik dan intuisi yang cerdas dari ritel e-commerce.
Guna mewujudkan hal ini, 81% pebisnis ritel yang disurvei akan menerapkan sensor keamanan; 75% akan memasang sensor yang melacak status inventaris; dan 71% akan menggunakan sensor untuk melacak alur belanja pelanggan. Perangkat IoT dan pemantauan jaringan (73%) juga mulai populer di kalangan pebisnis ritel.
Pengalaman berbelanja pelanggan yang dipersonalisasi merupakan penawaran utama lainnya dalam dunia ritel digital. Keunggulannya terletak pada pengetahuan akan apa yang diinginkan pelanggan di saat hal tersebut benar-benar dibutuhkan.
Situs belanja online melakukannya dengan baik, dengan merekam dan memanfaatkan riwayat pembelian pelanggan untuk merekomendasikan produk atau layanan serupa yang mungkin mereka inginkan.
Dalam ranah toko fisik, para pebisnis ritel beralih ke teknologi lokasi mikro untuk menarik pelanggan dan untuk menyesuaikan pengalaman yang dipersonalisasi bagi kebutuhan mereka. Misalnya, rambu-rambu (beacon) dipasangkan di seluruh touchpoint digital di toko, seperti rak, papan petunjuk, dan tampilan produk, dan dapat berinteraksi dengan smartphone pelanggan melalui sinyal Bluetooth berenergi rendah.
Rambu-rambu ini memberikan penawaran di dalam toko yang relevan secara kontekstual bagi para pelanggan yang berbeda. Teknologi pelacakan lokasi lainnya dapat membantu melacak jejak pelanggan tertentu di dalam toko dan menghasilkan data, seperti produk atau bagian mana di dalam toko yang mendorong trafik yang tinggi, dan apakah produk atau bagian tersebut menghasilkan penjualan.
Teknologi ini akan memudahkan para pebisnis ritel untuk menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti terkait kebiasaan berbelanja pelanggan dan pola pembelian. Dengan demikian, para pebisnis ritel dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas, seperti menata ulang toko dengan cara yang lebih menarik, di mana produk-produk yang populer ditampilkan di lokasi yang mudah terlihat, atau meningkatkan tingkat inventaris untuk produk-produk unggulan.
Diperkirakan dalam empat tahun ke depan, 75% pebisnis ritel akan menggunakan layanan berbasis lokasi guna menghadirkan pengalaman berbelanja yang dipersonalisasi. Dengan demikian, para pebisnis ritel akan dapat mengetahui kapan seorang pelanggan memasuki etalase toko dan di mana ia menghabiskan sebagian besar waktu berbelanjanya.
Data Adalah Pengetahuan
Analitik data merupakan pusat dari ritel digital. Prosesnya terdiri dari dua komponen. Pertama, sensor-sensor mengumpulkan sejumlah besar data mentah yang dihasilkan dari tag RFID, video, dan perangkat mobile.
Kedua, software canggih digunakan untuk menerjemahkan data ini menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang dapat memperbaiki hampir seluruh aspek operasi harian toko. Hal ini menghilangkan pekerjaan manual pengecekan data untuk memeriksa kinerja sebelumnya dan menentukan bagaimana meningkatkan operasi yang akan datang.
Meskipun analitik data digital masih terhitung baru, terutama di industri ritel, namun kemajuan yang dijanjikan tidak terbatas. Perusahaan-perusahaan yang mengintegrasikan data dan analitik ke dalam operasi mereka berpotensi memperoleh 5% lebih banyak peningkatan produktivitas dan keuntungan dibandingkan dengan para pesaing mereka. Hal ini signifikan mengingat 58% pebisnis ritel bertekad menganggarkan solusi-solusi big data untuk menyimpan dan menganalisis data produk IoT.
Bahkan,pada 2021, studi Zebra mengungkapkan bahwa 79% pebisnis ritel akan menggunakan analitik kamera dan video untuk keperluan operasional, dan 78% akan mengadopsi analitik software untuk pencegahan kerugian dan optimalisasi harga. Sebanyak 75% pelaku bisnis ritel juga berencana mengadopsi teknologi lain, seperti analitik prediktif.
Gelombang ritel digital selanjutnya kini semakin mendekat seiring industri ini terus menyaksikan konvergensi antara toko fisik dan online dalam dua tahun ke depan.
Bagi pebisnis ritel yang ingin berjuang dan berkembang dalam lingkungan yang terus berubah ini, adopsi teknologi harus menjadi prioritas utama. Teknologi tersebut meliputi perangkat IoT, sensor pelacak, konektivitas, dan tool analitik data. Pebisnis ritel dari semua skala dapat meraih manfaat dari peningkatan visibilitas operasional.
Toko-toko tradisional yang relatif kecil dapat memulai dengan sebuah sistem sederhana seperti pemindai dan printer barcode, pelaku bisnis ritel kelas menengah dapat menggunakan komputer mobile seperti TC51 Zebra untuk pengelolaan inventaris di dalam toko, dan pebisnis ritel besar dapat memanfaatkan sistem-sistem berbasis cloud guna memastikan rantai pasokan berjalan secara optimal.
Peningkatan visibilitas akan menjawab tantangan-tantangan operasional yang ada, sekaligus menciptakan peluang-peluang baru, yang akan menghasilkan peningkatan produktivitas, penghematan biaya, kepuasan pelanggan, dan pada akhirnya profitabilitas.