Sebagai upaya membaca lanskap masa depan bisnis di era ekonomi digital, Future Commerce Indonesia 2019 mengadakan pameran dan konferensi yang sebelumnya dikenal dengan Internet Retailing Expo.
Mengangkat tema “Shaping the Future of Commerce” ajang yang diselenggarakan pada 29-30 Januari 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta menjadi wadah bagi para pelaku industri lintas sektor dengan para enabler dan startup bidang teknologi dengan bertujuan untuk mendisrupsi masa depan bisnis komersial.
Menurut Richard Ireland, Asia Managing Director of Clarion Events yang menjadi penyelenggara ajang ini, mengatakan, inovasi teknologi akan berperan besar dalam pertumbuhan bisnis di lndonesia saat ini dan yang akan datang, mengingat saat ini kita dihadapkan pada era ekonomi digital. “Future Commerce lndonesia 2019 hadir sebagai tempat untuk pertukaran gagasan dan menampilkan inovasi teknologi dari berbagai pelaku industri digital lokal maupun global yang siap mendukung perkembangan ekonomi digital melalui acara ini,” ungkap Richard di Hotel Shangri-La, Jakarta, (29/1/2019).
Berbagai topik dibahas selama konferensi bedangsung, seperti digital, mobile, payment technologies, e-logistic, cyber security, analytics, big data, cloud, advertising and marketing dalam berbagai sektor seperti media, finance, retail, ecommerce, travel & hospitality, education, fashion & beauty, setta food & beverage.
“Indonesia telah menjadi salah satu pasar terbesar dalam inovasi digital dan kami berharap Future Commerce Indonesia 2019 dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia untuk tumbuh Iebih besar dan juga diakui secara internasional,” tambah Richard.
Sementara Mohammed Sirajuddeen, Managing Director – Digital, Digital Commerce Lead, Customer Insights and Growth Lead Accenture, mengungkapkan, jika pemanfaatan ekonomi digital dilakukan secara tepat maka bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan 2 – 4 persen PDB Indonesia. Pertumbuhan ini akan mendorong UKM semakin berdaya saing di era digital, berkembangnya startup culture serta menciptakan banyak perusahaan unicorn baru.
Ada dua area yang menjadi fokus bagi Accenture dalam mendorong perekonomian digital. Pertama, transformasi digital di mana banyak perusahaan dan konglomerasi Indonesia yang mulai gencar dalam penggunaan digital untuk bisnisnya, mulai dari digitizing supply chain, sistem finansial, HR, hingga marketing. Kedua, penerapan big data dan artificial intelligence dalam me-leverage bisnis untuk menawarkan produk atau layanan yang tepat terhadap konsumen yang tepat di waktu yang tepat.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) ,Roy N.Mandey, mengatakan, dari 600 anggotanya dengan 40 ribu toko fisik sudah sebanyak 95 persen mentransformasikan bisnisnya ke online. “Hal ini disebabkan perubahan pola belanja konsumen yang menuntut ritel dalam mengembangkan digital. Masih ada 5 persen yang belum berubah karena pemain lokal di mana pasar mereka tumbuh dan berkembang dengan toko fisik,” ujar Roy.
Di tengah kondisi global revolusi industri 4.0, lanjut Roy, pemanfaatan artificial intelligence dan big data sangat penting untuk mendorong pertumbuhan. “Ritel yang tergabung dalam APRINDO sudah mulai mempersiapakan business model AI dan big data. Pertumbuhan ritel yang tadinya dikenal dengan istilah same-store sales growth, akan beralih menjadi same-customer sales growth karena penjualan ritel berdasarkan pada behavior customer,” tambah Roy.
Untuk diketahui, Future Commerce Indonesia 2019 mendapat dukungan dari KADIN Indonesia, Indonesia R&D International, Asosiasi Logistik Indonesia, Asosiasi Cloud Computing Indonesia, Asosiasi Big Data dan AI Indonesia, serta APRINDO.