Aprindo: Pertumbuhan Sektor Ritel 2017 Lebih Rendah dari 2016

0
990

TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Pelaku Ritel Indonesia atau Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan pertumbuhan ritel hingga semester I 2017 3,7 persen. Ia memprediksi hingga akhir tahun akan mencapai 7,5 sampai 8 persen.

“Di bawah daripada semester II 2016 yang tumbuh 9 persen,” kata Roy Nicholas Mandey saat ditemui di hotel The Hermitage Menteng, Jakarta, 16 Oktober 2017.

Ia masih berharap agar pertumbuhan dapat mencapai 9 persen sama seperti dengan 2016. “Namun kalaupun kenyataannya harus terjadimasih bertumbuh tapi, melambat,” kata Roy.

Lebih rendahnya pertumbuhan tersebut menurut Roy disebabkan, karena beberapa hal seperti harga komoditas yang tidak bertambah, upah segmen menengah ke bawah tidak berubah, dan terjadi shifting perubahan perilaku belanja.

Perilaku belanja yang tadinya dengan keranjang ukuran besar, sekarang konsumen belanja dengan ukuran keranjang yang kecil, karena sudah banyak layanan jempit barang.

Menurut Roy orang sekarang sudah tidak lagi ke toko, cukup pesan online atau dengan jasa jemput barang yang tersedia dalam aplikasi transportasi daring

“Pola belanja yang berubah itu membuat costumer tidak belanja bulanan, tp belanja secukupnya sesuai kebutuhan saja,” kata Roy

Roy melihat industri sekarang dari data 2016 masih 1,4 persen transaksi online dari pada total offline. “Jadi retail online itu dengan total lebih kurang 97,3 user internet hanya 8,7 juta yang transaksi, data terakhir hampir 9 juta transaksi,” kata Roy

Menurut Roy, kalau transaksi ritel dalam setahun mencapai 5 juta maka total yang pemasukan baru sekitar 1,4 persen dari US$ 350 miliar market cap offline ritel di Indonesia menurut GRD Global Retail Development. “Kalau 1,4 persen berarti baru sekitar US$ 4,9 juta online,” kata Roy.

HENDARTYO HANGGI

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here