Pelaku ritel modern, dalam hal ini Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Ritel Indonesia (APPBI) menyatakan telah siap mengimplementasikan kondisi berusaha dalam situasi kenormalan baru atau new normal. Bahkan, jika besok diterapkan mereka mengaku sudah siap mengingat protokol kesehatan yang diminta pemerintah terkait pencegahan Covid-19 sudah diterapkan sebelumnya.
Ketua Aprindo Roy E Mandey mengatakan, pihaknya kini sudah menerapkan sebagian besar dari apa yang tertulis di Surat Edaran (SE) Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan Aktivitas Perdagangan yang Dilakukan pada Masa Pandemi Covid-19 dan new normal. Pihaknya juga sudah menyiapkan roadmap atau beberapa aturan teknis terkait rencana operasional outlet ritel di pusat perbelanjaan seiring pemberlakuan new normal.
“Ritel modern sebelum ada SE 12/2020, kita sudah melakukannya. (Ritel modern) Ini tempat yang aman, karena kita menerapkan protokol pandemi Covid-19,” ucapnya dalam acara Zooming With Primus dengan topik “Ritel Sambut New Normal”, yang ditayangkan di Beritasatu TV, Selasa (2/6/2020).
Dengan kata lain, sambung Roy, para pengusaha ritel di bawah Aprindo telah melakukan persiapan Standar Operasional Prosedur (SOP) jika PSBB dicabut pemerintah.
Adapun, persiapan teknis pertama yang dimaksud, yakni kedisiplinan para tenaga kerja untuk menjalankan protokol kesehatan Covid-19 di lingkungan sosial masyarakat.
Persiapan kedua, Aprindo juga mempersiapkan kebersihan dan higienitas pada peralatan toko, peralatan penunjang konsumen seperti troli yang harus disemprot disinfektan.
Persiapan ketiga, Aprindo juga melatih tenaga keamanan toko untuk mengantisipasi dan mengatur konsumen yang masuk ke dalam toko.
Persiapan keempat, pengunjung yang sudah masuk ke dalam toko dan pusat perbelanjaan akan diwajibkan mengatur jarak minimal 1,5 meter, baik saat berada dalam toko maupun saat melakukan pembayaran.
Persiapan kelima, Aprindo mempersiapkan manajemen internal dengan mempertahankan tingkat pelayanan yang sudah berjalan selama ini melalui sistem pengiriman barang. Di mana, untuk ritel modern yang menjual bahan pokok dipastikan aman dikonsumsi, tidak kadaluarsa, dan cukup tersedia untuk konsumen.
Pembukaan pusat perbelanjaan, dikatakannya juga akan menjawab kecemasan masyarakat, di mana menurut survei 60% masyarakat sudah cemas dan jenuh berada terus-menerus dirumah.
Apalagi, mayoritas pelaku bisnis ritel modern mengalami penurunan omzet yang signifikan, bahkan hingga 90%. Hal ini disebabkan ditutupnya pusat perbelanjaan seiring meluasnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Untuk itu, new normal diharapkan dapat membawa dampak positif bagi pemulihan ekonomi nasional yang tengah terpuruk akibat pandemi ini.
“Dalam setahun ada dua momen penting bagi ritel, Ramadan, Natal dan Tahun Baru. Ramadan sumbang 40%-45% dalam target satu tahun, Natal dan Tahun Baru 20%-25%, sisanya di bulan lain. Tapi, tidak begitu di tahun ini, yang biasanya di Ramadhan kita dapat omzet 40%, tapi ini tidak,” imbuh Roy.
Senada, Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan bahkan mengatakan, ritel modern lebih mudah untuk dikontrol tingkat keamanannya. Apalagi, selama PSBB, pihaknya tetap menjalankan protokol yang diminta pemerintah secara ketat. Di sisi lain, ia menilai, jika pusat perbelanjaan terlalu lama dibuka maka akan berdampak buruk ke sisi ekonomi, di mana jumlah pengangguran akan terus bertambah.
“Selama dua bulan ini kebanyakan pekerja yang di Jakarta ada 160.000 orang dirumahkan, bahkan diberhentikan. Kalau dibuka lebih lama dampak karyawan yang di PHK akan lebih banyak dan mereka buka usaha kaki lima yang justru lebih sulit dikontrol, kalau di ritel modern lebih mudah dikendalikan,” kata ia.
Stefanus pun menyatakan, bila dibuka kondisi mall sudah layak untuk dikunjungi, karena tiap hari mall selalu dibersihkan dan AC dinyalakan sehingga barang yang dijual tidak menjadi rusak.
“Jadi, tidak ada namanya yang bulukan, karena sudah SOP-nya. Kepada Pemerintah, tolong tidak usah terlalu khawatir terlalu banyak bahwa pusat belanja akan timbulkan efek yang negatif, itu akan lebih banyak positifnya. Masyarakat akan lebih aman berbelanja, karyawan bisa bekerja kembali dan dapat pemasukan, UMKM dan supplier akan dapat tempat untuk memasarkan barangnya,” ungkap Stefanus.
Sementara itu, Deputi bidang Koordinasi Perindustrian dan Perdagangan Kemenko Perekonomian Bambang Adi Winarso meminta pelaku usaha harus memastikan pegawai sehat sebelum membuka usahanya. Pemerintah pun menyadari, masyarakat dan pelaku usaha perlu adaptasi di kehidupan new nomal, hingga ditemukannya vaksin Covid-19. Untuk itu, Pemerintah meminta Pemda untuk membuat analisanya terhadap kondisi daerahnya, apakah memungkinkan jika pusat perbelanjaan kembali dibuka.
“Ini perlu dicari keseimbangannya, yang penting kesehatan dikendalikan. Masyarakat juga sudah lebih menyadari soal menjaga kesehatan, bila ditegur dulu marah, sekarang tidak. Jadi, ini (pembukaan mall) kita usahakan secepat mungkin,” imbuhnya.